budiman rojokoyo hari ini

    Release time:2024-10-09 20:39:24    source:salak erek erek   

budiman rojokoyo hari ini,dwh303,budiman rojokoyo hari iniJakarta, CNN Indonesia--

Sebuah studi menyebut Bulanbergerak perlahan menjauhi Bumi, bukan mendekat atau bahkan jatuh, karena interaksi gravitasi kedua benda langit. Hal ini akan berdampak pada jumlah hari yang lebih panjang.

Studi yang dilakukan sebuah tim di University of Wisconsin-Madison mengatakan pemisahan Bulan dari Bumi secara bertahap memiliki implikasi yang signifikan.

Penelitian ini menyoroti Bulan menjauh dari Bumi dengan kecepatan sekitar 3,8 sentimeter per tahun, yang akan memiliki dampak yang sangat nyata terhadap panjangnya hari di planet kita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena ini terutama disebabkan oleh interaksi gravitasi antara Bumi dan Bulan, khususnya gaya pasang surut yang diberikan oleh kedua benda tersebut.

"Saat bulan menjauh, Bumi seperti pemain skate yang berputar dan melambat saat mereka merentangkan tangannya," jelas Stephen Meyers, profesor geosains di University of Wisconsin-Madison dan salah satu penulis studi yang diterbitkan pada 4 Juni di Prosiding National Academy of Sciences.

Lihat Juga :
101 SCIENCEApa Warna Bulan Sesungguhnya?

Penelitian ini disebut menggunakan sebuah alat, sebuah metode statistik, yang menghubungkan teori astronomi dengan pengamatan geologi (disebut astrochronology) untuk melihat kembali masa lalu geologi Bumi, merekonstruksi sejarah tata surya, dan memahami perubahan iklim purba yang terekam dalam catatan batuan.

"Salah satu ambisi kami adalah menggunakan astrokronologi untuk mengetahui waktu di masa lampau yang sangat jauh, untuk mengembangkan skala waktu geologi yang sangat kuno," kata Meyers dalam sebuah keterangan pada 2018.

"Kami ingin dapat mempelajari batuan yang berusia miliaran tahun dengan cara yang sebanding dengan cara kita mempelajari proses geologi modern," tambahnya.

Pergerakan Bumi di ruang angkasa dipengaruhi oleh benda-benda astronomi lain yang memberikan gaya padanya, seperti planet-planet lain dan Bulan. Hal ini membantu menentukan variasi rotasi dan goyangan Bumi pada porosnya, dan pada orbit yang dilalui Bumi mengelilingi matahari.

Variasi ini secara kolektif dikenal sebagai siklus Milankovitch dan menentukan di mana sinar Matahari didistribusikan di Bumi, yang juga berarti menentukan ritme iklim Bumi.

Ilmuwan seperti Meyers telah mengamati ritme iklim ini dalam catatan batuan, yang mencakup ratusan juta tahun.

Namun, melihat lebih jauh ke belakang dalam skala miliaran tahun terbukti menantang karena alat geologi yang umum digunakan, seperti penanggalan radioisotop, tidak memberikan ketepatan yang diperlukan untuk mengidentifikasi siklus tersebut.

Hal ini juga lebih rumit karena kurangnya pengetahuan tentang sejarah Bulan, dan periode yang dikenal sebagai kekacauan tata surya.

Tata surya memiliki banyak bagian yang bergerak, termasuk planet-planet lain yang mengorbit Matahari. Variasi kecil pada bagian yang bergerak ini bisa merambat menjadi perubahan besar jutaan tahun kemudian.

Hal ini yang disebut kekacauan Tata Surya, dan mencoba menjelaskannya sama saja dengan mencoba menelusuri butterfly effectsecara terbalik.

Lebih lanjut, penelitian ini melengkapi dua penelitian terbaru lainnya yang mengandalkan catatan batuan dan siklus Milankovitch untuk memahami sejarah dan perilaku Bumi dengan lebih baik.

[Gambas:Video CNN]

(rni/dmi)