rtp asentogel

    Release time:2024-10-07 22:23:30    source:bg rj chip   

rtp asentogel,yallahd,rtp asentogel

Jakarta, CNBC Indonesia -Mata uang Baht Thailand tetap menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah di tengah gejolak ekonomi global dan politik di negara tersebut.

Dilansir dari Refinitiv, secara year to date (ytd) atau sepanjang 2204, baht tampak mengalami penguatan sebesar 4,1% terhadap dolar AS di angka 32,93.

Posisi tersebut merupakan yang terkuat sejak 1 Februari 2023. 

Lebih lanjut, laju penguatan baht juga merupakan  yang tercepat dalam 26 tahun, sejak krisis keuangan Asia pada 1998, yang secara langsung berdampak pada sektor pariwisata dan ekspor Thailand yang perlahan pulih.

Kriengkrai Thiennukul, ketua Federasi Industri Thailand (FTI), mengatakan bahwa apresiasi cepat mata uang Thailand semakin meningkatkan biaya produksi bagi sektor swasta, dan masuknya impor murah dari China memperburuk situasi.

"Apa yang kami butuhkan adalah baht yang stabil dan bantuan dalam mengelola biaya keuangan yang meningkat," ujar Kriengkrai dikutip dari The Nation.

Wakil Menteri Keuangan Paophum Rojanasakul pada hari Jumat mendesak Bank of Thailand (BOT) untuk campur tangan dengan langkah-langkah guna memperlambat apresiasi baht dan mengurangi volatilitas nilai tukar.

Paophum menambahkan, "Tindakan harus diambil untuk memastikan bahwa baht tidak terlalu kuat atau terlalu lemah, dan yang terpenting, tidak terlalu volatil."

Apresiasi baht didorong oleh beberapa faktor, seperti kenaikan harga emas global dan aliran dana investor asing ke obligasi dan saham di Thailand juga berkontribusi pada kekuatan baht.

Merujuk data Refinitivpada perdagangan Senin kemarin (23/9/2024), harga emas dunia berakhir di US$ 2.628,4 per troy ons, atau menguat 0,25%. Pada perdagangan kemarin harga emas kembali mencetak rekor tertinggi barunya (all time high/ATH).
Harga emas juga sudah menguat selama tiga beruntun dengan penguatan sebesar 2,7%.

Kenaikan harga emas ini juga berdampak pada perhiasan yang berbasis emas yang juga merupakan ekspor andalan Thailand. Ekspor perhiasan yang naik ikut mendongkrak pasokan dolar dalam negeri sehingga baht pun makin kuat.

Jewelry and Ornaments yang merujuk pada barang-barang hias yang dikenakan sebagai aksesori, termasuk perhiasan seperti cincin, kalung, gelang, anting-anting, dan aksesori lainnya yang terbuat dari berbagai bahan, seperti emas, perak, permata, dan bahan lainnya merupakan industri dengan nilai ekspor keempat terbesar dalam tujuh bulan pertama 2024 yakni sebesar US$9,3 miliar.

Pada Juli 2024, ekspor Jewelry and Ornaments Thailand tumbuh 114,3% (year on year/yoy) dan dalam tujuh bulan pertama tahun ini tampak tumbuh 11,8% yoy.

Berdasarkan ThaiBMA, net flow yang dihitung berdasarkan pada harga perdagangan dan harga kedaluwarsa untuk mencerminkan aliran masuk atau keluar modal dalam istilah mata uang baht terpantau foreign inflow.

Dalam tiga bulan terakhir atau sejak 24 Juni 2024, net foreign inflowsebesar US$2,275 miliar. Sedangkan sejak awal tahun, net foreign inflowsebesar US$1,08 miliar.

Selain itu, keputusan bank sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunganya berdampak pada penurunan indeks dolar AS (DXY) dan berujung pada menguatnya mata uang Asia, termasuk baht.

Baht Menguat, Ekspor dan Pariwisata Thailand Malah Terancam

Kencangnya laju baht tak selalu berdampak positif. Penguatan baht justru membuat banyak pihak pusing. Baht yang terlalu kuat akan membuat daya saing produk Thailand di perdagangan internasional melemah karena harga yang dibayar konsumen di negara lain lebih mahal.

Penguatan baht yang tajam juga akan membuat turis asing harus menukar lebih banyak uang untuk berbelanja dan berwisata di Negara Gajah Putih. Alhasil, minat turis ke Thailand bisa turun.

Menanggapi kuatnya mata uang baht, Menteri Perdagangan Thailand, Pichai Naripthaphan mengatakan bahwa hal tersebut dapat berdampak pada ekspor, yang diperkirakan hanya akan mengalami pertumbuhan kecil tahun ini. Ia menyarankan agar bank sentral mengambil tindakan terkait mata uang tersebut.

Angka ekspor Thailand untuk Juli 2024 menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 15,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai US$ 25,72 miliar. Kenaikan 15,2% adalah yang tertinggi dalam 28 bulan atau sejak Maret 2022.

Secara keseluruhan, ekspor Thailand Januari-Juli  2024 meningkat 3,8% sementara ekspor sektor riil (tidak termasuk emas, produk terkait minyak, dan senjata) meningkat sebesar 4,0%.

Pada 2023, 

Baca:
Manufaktur RI Makin Hancur, Prabowo Sulit Kejar Capaian Soeharto

 

Dikutip dari Reuters, Pichai juga menekankan bahwa Bank of Thailand (BOT) seharusnya menurunkan suku bunga untuk meningkatkan likuiditas, melanjutkan ketidaksepakatan yang telah berlangsung berbulan-bulan antara pemerintah dan bank sentral mengenai penetapan suku bunga.

Penurunan suku bunga akan membuat dan peningkatan likuiditas diharapkan membuat pasokan baht menjadi kurang menarik sehingga melemah.

Rupiah Tertekuk Lawan Baht

Nilai tukar rupiah terhadap baht tampak mengalami penurunan secara ytd sebesar 2,18% dari THB 450,45 menjadi THB 460,3.


Kuatnya mata uang baht terhadap mata uang lainnya akan berpotensi memengaruhi pariwisata di Thailand. Para turis berpotensi mengeluarkan lebih sedikit budgetuntuk spendingketika berada di Thailand khususnya bagi turis dari Indonesia.

Sektor pariwisata memiliki dampak signifikan pada ekonomi Thailand, karena sektor ini menyumbang 12% dari PDB dan mempekerjakan lebih dari 20% dari total tenaga kerja. 

Dilansir dari Bangkok Post, Menteri Pariwisata dan Olahraga, Sorawong Thienthong, mengatakan bahwa baht yang kuat dapat menyebabkan negara ini gagal mencapai target pendapatan pariwisata sebesar THB 3,5 triliun.

Mr. Sorawong menyatakan bahwa baht yang kuat dan ketidakpastian ekonomi global berarti wisatawan asing memiliki anggaran yang lebih sedikit untuk dibelanjakan di Thailand.

Thaneth Tantipiriyakij, presiden Asosiasi Pariwisata Phuket, mengatakan bahwa baht yang kuat dapat memengaruhi sentimen wisatawan hingga tingkat tertentu, karena pengeluaran untuk barang dan jasa diperkirakan akan meningkat sebesar 10% berdasarkan perubahan nilai tukar.

Namun, hal ini seharusnya tidak membuat wisatawan memilih destinasi lain selain Thailand, karena Phuket tetap menjadi tujuan utama yang menawarkan produk berkualitas dan nilai yang baik, katanya.

Departemen Pariwisata Thailand menyebut jumlah kunjungan turis asing ke Thailand pada Januari-Juni 2024 mencapai 17,5 juta atau melesat 35%. Devisa dari turis tersebut mencapai US$ 35,79 miliar.
 Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data perkembangan pariwisata pada Juli 2024 yang tercatat sebanyak jumlah wisatawan nasional (wisnas) mencapai 917,8 ribu perjalanan atau naik 7,23% jika dibandingkan pada Juni 2024.

Berdasarkan negara tujuan perjalanan wisnas pada Juli 2024, negara-negara di kawasan ASEAN masih mendominasi dalam daftar 10 negara yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan nasional dari Indonesia.

Sebanyak 5,18% distribusi perjalanan wisnas yakni ke Thailand atau sekitar 47.542 perjalanan. Angka ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan periode Juni 2024 yang sebesar 5,83%.

Secara keseluruhan, distribusi warga Indonesia yang menjadikan Thailand sebagai tujuan bepergian meningkat dari 0,17% pada 2021 menjadi 4,75% pada 2023.

Jika nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap baht, maka tidak menutup kemungkinan bahwa semakin sedikut masyarakat yang bepergian ke Thailand. Jikalau wisnas bepergian ke Thailand, maka ada potensi wisnas cenderung lebih menghemat untuk pengeluaran.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">