paito ncd

    Release time:2024-10-07 22:14:50    source:agendarattogel   

paito ncd,alba 88,paito ncd

Jakarta, CNBC Indonesia- Obligor Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Marimutu Sinivasan ditangkap pada Minggu (8/9/2024) sore di Entikong, Malaysia. Sepak terjangnya pun menjadi sorotan.

"Iya (ditangkap). Kemarin sore," kata Dirjen Imigrasi Silmy Karim kepada wartawan, dikutip dari Detik.com, Senin (9/9/2024).

Sementara Direktur Jenderal Kekayaan Negara (Dirjen KN) dan Ketua Satgas BLBI Rionald Silaban mengatakan, Marimutu ditangkap saat hendak kabur ke Malaysia. Petugas menangkap Bos Texmaco Group itu di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong.

Baca:
Target Satgas BLBI 2025 Cuma Rp2 T, Ini Alasannya!

"Soal yang Marimutu ya, saya terima kasih sekali bahwa imigrasi membantu kita di dalam menjalankan cekal yang kita terapkan kepada Marimutu," ujarnya saat ditemui di DPR, Senin (9/9/2024).

"Cekalnya itu sendiri, saya berdasarkan laporan dari staff, itu nanti akan berakhir di bulan Desember. Jadi memang pada masa ini yang bersangkutan tidak bisa pergi dari wilayah ke Indonesia," jelasnya.

Menurut Rionald, jumlah utang BLBI Marimutu mencapai US$ 3,9 miliar atau sebesar Rp 31 triliun. Selama ini, Satgas BLBI baru berhasil menagih Rp 30 miliar.

"Sudah ada usaha, tapi so far yang kita terima baru sekitar Rp 30 miliaran. Masih rendah sekali," ungkapnya.

Sejarah Marimutu

Jauh sebelum penangkapan ini, Marimutu Sanivasan bukanlah yang pertama kali berbisnis kain, tapi justru ayahnya

"Ayahnya, Sinnaja Marimutu, yang terlibat dalam perdagangan batik dengan Malaya, pindah dari Medan ke Jawa Tengah selama masa konfrontasi dengan Malaysia pada 1960-an," tulis Yasutani Shimpmura dalam The Role of Governance in Asia(2003:116).

Marimutu Sanivasan sendiri kelahiran Medan 17 Januari 1937 dan pernah kuliah di Universitas Islam Sumatra Utara. Dia lebih banyak bekerja di masa mudanya ketimbang berada di dalam kelas.

Sedari muda dia sudah terjun bisnis tekstil, setidaknya sejak 1958, setelah memperdagangkannya dia lalu membangun produksi tekstilnya. Dia hijrah ke Jakarta pada 1960 dan dua tahun berikutnya dia berbisnis di Pekalongan.

Di Pekalongan, pada 1962 Marimutu mendirikan usaha pintal benangnya, firma Djaya Perkasa. Nama usahanya setelah 1970 adalah Textile Manufacturing Company (Texmaco).

Marimutu Sanivasan berhasil membeli pabrik batik di Batu pada tahun 1972 dan asetnya terus bertambah di beberapa kota. Tekstilnya tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, tapi juga luar negeri.

Selain tekstil, bisnis Texmaco kemudian merambah ke bidang otomotif juga.

Marimutu Sanivasan berjaya di zaman orde baru. Presiden Soeharto kemudian mengenalnya.

"Kami berkenalan pada Februari 1993, ketika Presiden Soeharto membuka dan meresmikan pabrik Texmaco di Karawang, Jawa Barat," aku Marimutu Sanivasan dalam Pak Harto: The Untold Stories (2011:237).

Dua bulan setelahnya, secara pribadi, Marimutu Sanivasan diundang Soeharto ke kantornya. Dimana Soeharto menganjurkan padanya agar memproduksi sendiri komponen mesin di Indonesia.

Satu dekade sebelumnya, dirinya sudah dikenal Menteri Perindustrian Ir Hartarto. Sanivasan mengaku dia didorong mengekspor tekstil dan membangun industri mesin.

Marimutu Sanivasan adalah bendahara Golongan Karya. Di masa kepresidenan Soeharto, Sanivasan menerima kredit dari BNI, yang belakangan menjadi kredit macet. Hingga kemudian disita BLBI.

Dua bulan sebelum Soeharto lengser pada 1998, Soeharto sempat meresmikan pabrik Texmaco Perkasa di Karang Mukti, Subang. Nama Perkasa pada usaha Sanivasan itu berasal dari Soeharto.


(fsd/fsd) Saksikan video di bawah ini:

Industri Tekstil Gawat Darurat, Bisnis Baju Anak Lokal Ikut Terdampak?

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Industrinya Dibayangi PHK, Ini 3 Sosok Konglomerat Tekstil Indonesia