anggrek 123

    Release time:2024-10-08 05:36:50    source:jadwal j2 league   

anggrek 123,klasemen liga italia 2022,anggrek 123Jakarta, CNN Indonesia--

Israel dan milisi Hamas Palestinasepakat menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza sebulan lebih setelah keduanya berperang sejak 7 Oktober lalu.

Qatar, sebagai mediator keduanya, memaparkan bahwa gencatan senjata akan berlangsung selama empat hari ke depan dan mulai dalam 24 jam.

Lihat Juga :
Kapan Gencatan Senjata Israel-Hamas Mulai Berlaku Efektif di Gaza?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana kronologinya?

Menurut dua pejabat yang terlibat dalam kesepakatan gencatan senjata, Qatar dilaporkan langsung berkomunikasi dengan Amerika Serikat tak lama setelah milisi Hamas melancarkan serangan ke Israel dan menyandera ratusan orang pada 7 Oktober lalu.

Dalam komunikasi itu, Qatar dan AS berembuk membentuk tim kecil yang akan membantu negosiasi pembebasan tawanan. Saat itu, sekitar lebih dari 200 orang di Israel menjadi sandera Hamas, termasuk beberapa warga AS.

Upaya negosiasi dari Qatar dan AS ini dilakukan secara diam-diam terhadap Israel dan Hamas sampai Presiden Joe Biden turun langsung dalam pembicaraan diplomatiknya.

Lihat Juga :
Isi Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza Palestina

Pembentukan tim rahasia ini dimulai beberapa hari setelah 7 Oktober. Saat itu, negosiasi masih fokus membahas pembebasan para sandera lantaran mencakup banyak warga asing seperti Prancis, Inggris, hingga Thailand.

Meski begitu, Qatar disebut berupaya memasukkan topik gencatan senjata dalam setiap pembicaraan.

Negosiasi berlangsung diam-diam dan sangat rahasia

Biden juga disebut diam-diam menggelar sejumlah pembicaraan mendesak dengan Emir Qatar dan PM Israel Benjamin Netanyahu terkait sandera dan usulan gencatan senjata.

Pembicaraan ini melibatkan negosiasi melelahkan selama berjam-jam antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Direktur CIA Bill Burns, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, hingga utusan AS untuk Timur Tengah Brett McGurk.

Banner artikel Ceasefirenow

Sullivan mengarahkan McGurk dan pejabat Dewan Keamanan Nasional AS lainnya, Josh Geltzer, untuk membentuk tim kecil. Hal ini dilakukan tanpa memberi tahu badan-badan AS terkait lainnya karena Qatar dan Israel mendesak kerahasiaan yang ekstrem dalam perundingan ini.

Pada 18 Oktober, Biden pun bertolak ke Israel untuk berbicara empat mata dengan Netanyahu di Tel Aviv. Saat itu, pembebasan sandera dan bantuan kemanusiaan ke Gaza menjadi fokus pembicaraan keduanya.

Pilihan Redaksi
  • Israel Sepakat Gencatan Senjata Gaza 4 Hari, Tapi Agresi Tetap Lanjut
  • Israel Perintah Evakuasi RS Indonesia dalam 4 Jam, Ancam Digempur
  • Menlu Retno: 3 WNI Relawan RS Indonesia Gaza Masih Hilang Kontak

Lima hari kemudian, pada 23 Oktober, Hamas sepakat membebaskan dua sandera warga Amerika.

Sejak itu, AS makin mengandalkan Qatar untuk menjadi mediator dalam negosiasi Israel-Hamas ini. Qatar memang telah lama menjadi negara mediator bagi beberapa konflik di Timur Tengah.

AS juga melihat peluang bahwa pembebasan sandera bisa lebih banyak lagi dengan negosiasi gencatan senjata hingga pertukaran tahanan.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>

Debat kusir tuntutan kesepakatan

Pada 24 Oktober, ketika Israel siap melancarkan serangan darat di Gaza, AS mendapat kabar bahwa Hamas telah menyetujui parameter kesepakatan untuk membebaskan lebih banyak sandera.

Saat itu, AS pun meminta Israel menunda melancarkan invasi daratnya ke Gaza. Sikap AS ini pun membuat pejabat Gedung Putih dan Israel sempat berdebat sengit lantaran Tel Aviv ogah menundah invasi daratnya ke Gaza.

Israel berdalih tawaran dan persyaratan Hamas tidak cukup meyakinkan mereka untuk menunda invasi darat karena milisi Palestina belum memberikan bukti bahwa para sandera masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja.

Israel memandang posisi Hamas tidak jujur. Tel Aviv dan AS pun mendesak Hamas melalui Qatar dan Mesir untuk memberikan daftar sandera yang ditahan, informasi identitas mereka, dan jaminan pembebasan.

Biden juga beberapa kali menelepon perdana menteri Qatar diam-diam ketika tahapan pembebasan sandera mulai dilakukan.

Lihat Juga :
Siapa Saja Para Sandera yang Israel Minta Bebaskan untuk Setop Agresi?

"Prosesnya panjang dan rumit. Komunikasi sulit dan pesan harus disampaikan dari Doha atau Kairo untuk disampaikan ke Gaza dan sebaliknya," kata para pejabat kepada Reuters.

Awal November, Hamas mengisyaratkan soal jaminan pembebasan 50 sandera untuk tahap pertama. Meski begitu, mereka masih menolak memberikan daftar identitas para sandera.

Pada 9 November, pejabat AS bertemu dengan pemimpin Qatar dan kepala intelijen Israel Mossad untuk membahas kesepakatan dengan Hamas.

Hambatan utama pada saat itu adalah Hamas belum secara jelas mengidentifikasi siapa yang ditahan.

Tiga hari kemudian, Biden menelepon Emir Qatar dan meminta untuk membujuk Hamas memberikan identitas 50 sandera yang bakal dibebaskan dalam tahap pertama kesepakatan.

Saat itu, Biden mengultimatum bahwa kesepakatan batal jika Hamas berkeras tak memberikan identitas para sandera.

Saat itu pula, Israel masih berkeras menolak gencatan senjata di Gaza. PM Netanyahu bahkan bersumpah perang bakal berlanjut sampai Hamas benar-benar hancur.

Namun, Biden menelepon Netanyahu pada 14 November dan mendesak Netanyahu menerima kesepakatan tersebut. Akhirnya, Netanyahu pun setuju setelah mendapat tekanan dari Biden dan juga publik Israel yang semakin banyak mengkritik pemerintah.

[Gambas:Infografis CNN]

Biden pun mengutus McGurk menemui Netanyahu di hari yang sama dia menelepon sang PM Israel.

Salah satu pejabat yang menjadi sumber Reutersmengatakan saat keluar dari pertemuan, Netanyahu meraih lengan McGurk dan berkata "kita membutuhkan kesepakatan ini" dan mendesak Biden untuk menghubungi emir Qatar untuk persyaratan terakhirnya.

Titik terang

Pembicaraan dengan Hamas sempat terhenti lantaran akses komunikasi di Gaza sempat lumpuh total akibat gempuran Israel.

Biden berada di San Francisco untuk menghadiri KTT APEC saat pembicaraan dengan Hamas terputus. Dia langsung menelepon emir Qatar dan menekankan bahwa ini adalah kesempatan terakhir untuk bisa mencapai kesepakatan.

Sumber menuturkan saat itu Emir Qatar pun berjanji kepada Biden bisa memberikan tekanan dan meloloskan kesepakatan.

"Presiden (Biden) bersikeras bahwa kesepakatan itu harus diselesaikan sekarang. Waktunya sudah habis," kata seorang pejabat AS.

Sejak itu, negosiasi Hamas dan Israel pun semakin menunjukkan sisi terang hingga akhirnya kedua belah pihak sepakat menerapkan gencatan senjata empat hari dan membebaskan puluhan sandera.

Banyak embicaraan lainnya yang berlangsung antara Hamas dan Israel dibantu oleh Qatar, Mesir, dan AS.