erek erek dompet 4d

    Release time:2024-10-07 21:40:38    source:dokter toto wap   

erek erek dompet 4d,mojok34 link alternatif,erek erek dompet 4dJakarta, CNN Indonesia--

Dua faksi politik Palestina, Fatahdan Hamas, menandatangani perjanjian untuk "mengakhiri perpecahan dan memperkuat persatuan Palestina", dalam kesepakatan yang dimediasi oleh China.

Pengumuman ini dihasilkan dalam pembicaraan 14 faksi Palestina yang digelar di Beijing pekan ini, di tengah agresi Israel yang masih berlanjut di Jalur Gaza.

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengatakan perjanjian ini didedikasikan untuk rekonsiliasi dan persatuan besar dari semua faksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pejabat senior Hamas, Musa Abu Marzuk, mengumumkan bahwa partainya itu sudah menandatangani perjanjian upaya rekonsiliasi dengan Fatah dan beberapa faksi Palestina lainnya.

"Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan mengatakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional," kata Marzuk, seperti dikutip AFP.

"Kami berkomitmen terhadap persatuan nasional dan kami menyerukan (persatuan nasional)," ujarnya.

Penyebab Fatah dan Hamas tak pernah akur

Fatah dan Hamas merupakan dua dari belasan faksi yang ada di Palestina.

Saat ini Fatah yang mendominasi Otoritas Palestina (Palesinitan Authority/PA) menduduki pemerintahan Palestina yang bermarkas di Tepi Barat. Sementara Hamas menguasai Jalur Gaza.

Lihat Juga :
Saudi Bantah Izinkan Israel Serang Yaman Lewat Ruang Udara Riyadh

Konflik kedua faksi dimulai setelah Intifada Kedua, sebab Fatah menolak mengakui kemenangan Hamas pada pemilihan umum 2006 di Palestinian National Authority (PNA).

Hamas menjadi penguasa de facto di Jalur Gaza sejak 2007, setelah mengalahkan Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas dalam pemilihan parlemen.

Hamas kemudian mengusir Fatah dari Gaza, karena  faksi itu menolak mengakui hasil pemungutan suara.

Meski kedua kelompok itu memiliki tujuan yang sama yakni membangun negara Palestina, namun keduanya punya perbedaan yang mencolok.



Perbedaan terbesar kedua gerakan ini adalah sikap mereka terhadap Israel.

Hamas menggunakan perlawanan bersenjata, sementara Fatah yakin pada teknik negosiasi dengan Israel dan sepenuhnya mengesampingkan penggunaan kekerasan.

Perselisihan antara kedua saksi juga kian panas ketika Hamas menguasai Jalur Gaza dengan kekuatan militer pada tahun 2007, yang dikenal dengan Pertempuran Gaza.

Kedua pihak berkali-kali mencoba mencapai kesepakatan untuk menyatukan dua wilayah Palestina yang terpisah di bawah satu struktur pemerintahan. Namun perpecahan politik antara kedua faksi telah mengakar kuat.

Pilihan Redaksi
  • Kader NU Temui Presiden Israel, Ganggu Upaya RI Dukung Palestina?
  • Israel Kembali Bombardir Khan Younis, 70 Warga Tewas Dibantai
  • Netanyahu Terbang ke AS, Bakal Temui Joe Biden hingga Kamala Harris

Dilansir Al Jazeera, Gaza dan Tepi Barat kini berkembang menjadi entitas yang sangat berbeda.

PA pimpinan Fatah menikmati pengakuan dan dukungan internasional, sementara Gaza di bawah Hamas yang telah ditetapkan sebagai teroris oleh Barat, justru semakin terisolasi.

Pada 2014, upaya membentuk Pemerintahan Kesepakatan Nasional demi menyatukan dua kelompok itu gagal.

Tiga tahun kemudian pada 2017, kesepakatan rekonsiliasi yang memungkinkan Hamas menyerahkan kendali administratif atas Gaza, juga terhalang perselisihan soal perlucutan senjata.

Perbedaan sikap Hamas dan Fatah juga terlihat selama agresi Israel ke Palestina sejak Oktober lalu.

Lihat Juga :
Kamala Harris Kantongi Dukungan dari Demokrat untuk Maju Pilpres AS

Awal tahun ini, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut Hamas juga turut bertanggung jawab atas genosida di Jalur Gaza.

"Hamas adalah mitra dalam memikul tanggung jawab hukum, moral, dan politik atas kelanjutan genosida Israel di Gaza dengan menghindari persatuan nasional dan dalih bagi negara pendudukan," kata Abbas.

Dua juga mendesak Hamas untuk mengutamakan kepentingan nasional dan menyingkirkan semua dalih untuk menghentikan perang Israel.

Hamas kemudian mengecam pernyataan Abbas. Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan Otoritas Palestina "telah memilih untuk berada di parit yang sama dengan pendudukan (Israel)."

"Sikap seperti itu tidak akan berhasil memeras perlawanan atau menekannya," kata Sami Abu Zuhri, dikutip New Arab.

Lihat Juga :
5 TKI Dipecat Perusahaan usai Diduga Korban Pungli Pekerja ke Inggris

Pemimpin Fatah, Munir al-Jaghoub, menganggap pernyataan itu "menyinggung" rakyat Palestina. Pada saat yang sama, Front Populer untuk Pembebasan Palestina juga mengutuk pernyataan itu.

"Diperlukan kondisi solidaritas rakyat dan nasional yang luas, yang mengharuskan semua kekuatan nasional, termasuk gerakan Fatah dan pimpinan Otoritas (PA), untuk mematuhi posisi konsensus nasional dan berdiri teguh dengan perlawanan, dan untuk menahan diri dari membenarkan kejahatan pendudukan atau mengidentifikasi dengan propaganda medianya," bunyi pernyataan Front tersebut.

(dna/dna)