gigi no togel

    Release time:2024-10-09 07:17:56    source:pengeluaran carolina day   

gigi no togel,nomor kambing togel,gigi no togelJakarta, CNN Indonesia--

Pakar kegempaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap salah satu ancaman dari gempa yang berasal dari megathrust adalah fenomena tanah bergerak atau likuifaksi. Simak penjelasannya.

Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan ada dua jenis ancaman bahaya dari megathrust, primer dan sekunder. Menurut Rahma likuifaksi masuk dalam ancaman sekunder.

"[Likuifaksi] terjadi di daerah yang biasanya dari pasir dan jenuh air, kena guncangan. Jadi, kalau ada pasir yang jenuh air, terkena guncangan yang kuat, itu bisa terjadi likuifaksi, itu biasanya kita temukan di daerah pesisir," jelas Rahma.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imam Achmad Sadisun, ahli geologi dari ITB, menjelaskan likuifaksi secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan material yang padat, dalam hal ini berupa endapan sedimen atau tanah sedimen, yang akibat gempa, material tersebut berubah karakternya seperti cairan.

Menurut Imam, likuifaksi hanya bisa terjadi pada tanah yang jenuh air [saturated]. Air tersebut terdapat di antara pori-pori tanah dan membentuk tekanan air pori.

"Karena adanya gempa bumi yang umumnya menghasilkan gaya guncangan yang sangat kuat dan tiba-tiba, tekanan air pori tersebut naik seketika, hingga terkadang melebihi kekuatan gesek tanah tersebut. Proses itulah yang menyebabkan likuifaksi terbentuk dan material pasir penyusun tanah menjadi seakan melayang di antara air," jelas Imam pada 2018, mengutip laman resmi ITB.

Menurut Imam likuifaksi umumnya terjadi pada gempa di atas Magnitudo 5, dengan kedalaman sumber gempanya termasuk dalam kategori dangkal. Material yang terlikuifaksi umumnya berada pada kedalaman sekitar 20 meter, meski terkadang bisa lebih, tergantung penyebaran tanah.

Lihat Juga :
Kenapa Megathrust di Selatan Jawa Jadi Ancaman Serius?

Ia mengatakan likuifaksi hanya terjadi di bawah muka air tanah setempat, tidak terjadi di atas muka air tanah.

Rovicky Dwi Putrohari, ahli geologi, pada tahun 2018 juga sempat menjelaskan likuifaksi terjadi karena getaran gempa, bukan karena tsunami. Fenomena ini menurutnya banyak dan hampir semua fenomena kegempaan muncul likuifaksi.

"Likuifaksi terjadi karena ada getaran gempa yang memicu terjadinya fraksi (butiran) kasar yang terkumpul di bawah dan butiran halus serta air akan keluar," jelas Rovicky.

Fenomena ini mengakibatkan turunnya daya dkung tanah terhadap tekanan di atasnya. Likuifensi merupakan fenomena alamiah yang terjadi karena adanya aktivitas kegempaan.

"Likuifaksi ini kalau diibaratkan seperti kita sedang mengetuk-ngetuk toples untuk memasukkan suatu benda supaya ada banyak yang masuk ke dalamnya. Ini menyebabkan cairan atau material halus berada di atas," imbuhnya.

(tim/dmi)